Pelajar Indonesia di tuntut agar aktiv belajar. Maka saya turut berpartisipasi khususnya sebagai penyedia layanan agar sama-sama kita dapat menjadi aktiv belajar!!

Cari Blog Ini

Rabu, 13 Mei 2015

Giudizio



Pria Misterius dan buku catatan
          “Simpanlah buku ini jangan sampai mereka mebeberkan kepada dunia tentang Virus yang tak--- ” ia berhenti sejenak dan menoleh ke sekeliling “Ah, hubungi saja nomor telepon yang ada di dalam setelah kau memecahkan kodenya. Tolong aku, anggaplah ini sebagai permintaan terakhir”  timpalnya dengan sangat cepat masih dengan ekspresi yang sungguh sangat ketakutan.
          Aku hanya dapat mengangguk terpaku dan menerima buku yang ia sodorkan kearahku, masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. setelah itu ia berlari lagi dan hilang di balik tembok embun putih.
          Tak lama kemudian suara ledakan memecah keheningan. Suaranya seperti sebuah petasan namun lebih keras lagi, mungkin juga suara peluru. Aku tak sempat menghiraukan hal tersebut karena angkot sudah menuggu dihadapanku siap menganta.  
          Dunia, gempar dengan isu adanya virus mematikan yang disebut degan virus kiamat. Semua media baik koran, radio, maupun televisi memberitakan hal tersebut. Dan parahnya lagi aku diberi tanggung jawab oleh orang yang tak kukenal untuk memecahkan kode tentang virus tersebut.
          Bolak-balik kubaca isi buku ini. Namun tak kutemukan juga apa kode yang tersembunyi didalamnya. Isinya hanya catatan biasa yang ku tebak pemiliknya adalah seorang mahasiswa atau mungkin saja seorang ilmuan , karena hanya coretan-coretan yang aku ketahui sebagai rumus-rumus dan penyelesaian kimia. Buku ini kudapat kemarin dari seseorang yang aku juga tidak tahu siapa.
          Kemarin, embun sangat tebal . Bahkan jarak pandang tak sampai sepuluh meter. Untuk ke sekolahan, aku harus berjaran tiga ratus meter keluar lorong agar dapat mencapai halte tempat kami menunggu mobil angkutan kota.  Sebelum tiba di halte, seorang pria menabraku dan  jatuh bersama. walau samar kupastikan ia memakai baju putih, membuatnya makin sulit terlihat dalam embun yang tebal.
          “Maaf, maafkan aku” tuturnya dengan wajah yang ketakutan serta bibir yang menggigil.
           
***
Kode Misteri dan Perampok
          Sampai hari ini aku masih belum mengerti apa yag ia maksud dengan memecahkan kode tersebut. Ku perhatikan sampul dari buku itu. Di sudutnya sampul bagian depan terdapat tulisan kecil. Membacanya tak cukup dengan mata telanjang karena tulisannya yang begitu kecil sehingga kugunakan lup atau kaca pembesar ayah dan memperhatikannya layaknya detektif. Tulisanya “ Halaman dengan kelopak bunga mawar menyimpan rahasia yang samar ”.
          Betul saja, setelah aku buka lagi ada halaman yang di selipkan dengan kelopak mawar kering. Tak ada yang spesial dengan halaman itu hanya coretan rumus-rumus kimia. Sama halnya dengan halaman lainnya. Terkecuali, dipojok ada catatan kecil yang diberi judul sudut misteri.
          Aku semakin bingung dengan hal ini. “Sudut misteri ??” gumamku. V+8+R+21+S  KIAMAT = 20+I+4+A+11 ADABegitulah tulisan yang tertera di sudut misteri tersebut. Semua membuatku semakin pusing.
          “Rio, makan malam sudah siap!” teriak  ibuku.
          “Iya mah”
          Pintu kamarku berderit cukup kencang saat ku buka. Terlihat seorang pria dengan kacamata bersama dua anak kecil duduk menungguku di meja makan. Sedangkan seorang wanita sedang menyiapkan piring dan sajian diatas meja. Mereka adalah ayah, mama, dan kedua adikku. Aku pun duduk bersama mereka dan melakukan santap malam.
          “Rio, Setelah makan tolong belikan gula di warung bu tini” perintah ibuku
          “Ya”Jawabku singkat.
          Setelah makan kulaksanakan perintahnya. Aku mengambil sepeda di samping rumah dan mulai mengayuh kewarung bu tini. Tempatnya tidak begitu jauh. Hanya sekitar lima menit aku sudah kembali menuju rumah dengan membawa dua kilogram gula di tangan kiriku.
          Jalanan begitu sepi, hanya terlihat beberapa orang yang berjalan kaki dan beberapa mengendarai sepeda sepertiku. Aku sempat merinding ketika melewati Jalanan yang kiri dan kanannya hanya ada pepohonan dan gemerisik semak menambah kesan horornya. Namun,perasaan takut seketika berubah menjadi sakit ketika sebongkah batu besar mengkantam punggungku. Aku tersungkur bersama sepeda dan belanjaanku. Teriakan minta tolong sempat ku lentingkan namun jalanan begitu sepi, tak ada yang mendengar. Kecuali, seorang yang sekilas kulihat berada semak-semak memegang batu besar. Ia berlari kearahku sambil mengayunkan batunya tepat ke kepalaku. Satu ayunan hanya mengenai rambutku karena aku menunduk. Semua usahanya terhenti karena teriakan dua orang pengendara sepeda yang baru saja lewat. Orang itupun lari masuk kedalam semak tempat ia keluar tadi dan hilang dalam sekejab.
          “Kau tak apa nak?” Seorang kakek yang belum terlalu tua membantuku duduk. Sedangkan satunya adalah seorang remaja seumuran denganku.
          “Ya, aku tak apa.” Jawabku.
          “Kau harus berhati-hati kalau berjalan di tempat sepi seperti ini” kata kakek itu. “Orang itu mungkin berniat merampokmu.”
          “Dia pasti perampok yang bodoh, tidakkah ia melihat penampilanku yang sama sekali tidak terlihat seperti orang berduit?.”
          “Hahaha, kau benar juga. Tapi kau beruntung tidak terkena pukulan dari pria itu”
          “Yah, tapi punggungku terkena lemparannya.”
          “Baiklah, sebaiknya kau segera pulang. Orang tua mu pasti mengkhawatirkanmu jika kau berlama-lama “ “Mau ku temani?”
          “Ah terimakasih, tapi aku rasa itu tidak perlu. Aku bisa sendiri”
          Aku pulang dengan membawa gula dan pengalaman tragis yang hampir merenggut nyawaku. Serta rasa sakit di punggung ku, akibat lemparan batu tadi.
          Ketika tiba aku sama sekali tak membicarakan tentang kejadian tadi dan langsung menuju ke kamar merenungkan apa sebenarnya yang terjadi. Aku berusaha melupakan kejadian malam itu. Namun, kudapati diriku sadang memikirkan hal lain, yaitu kode dalam buku itu .
          “Ah..., Apa sebenarnya arti dari kode ini” gumamku memulai monolog “mungkin ini tulisan alay, seperti menjadikan angka 3 menjadi huruf E atau angka 8 menjadi huruf B.”
          Tiba-tiba terlintas di kepalaku
          “Yah, itu dia”. “mengubah huruf menjadi angka, namun bukan huruf alay. Namun, mengubah huruf sesuai dengan urutannya dalam alfabet”
          Aku mengambil sebuah kertas menuliskan hasil hipotesis ku untuk memecahkan kode tersebut. Dan hasilnya kudapati, tulisan yang berbunyi:
“V+I+R+U+S KIAMAT = T+I+D+A+K ADA”. “virus kiamat tidak ada”
          Aku sempat mengulang kalimat itu beberapa kali dan setelah itu melompat gembira karena telah memecahkan kodenya. Namun aku masih bingung apa arti dari kalimat tersebut dan akan ku apakan kalimat ini.
          Ting ..., dengan cepat pikiranku menuju ingatan saat aku bertemu pria yang memberikan buku ini. Ia sempat berkata “Hubungi saja nomor telepon yang ada di dalam setelah kau memecahkan kodenya.”
          Aku kembali membolak-balik buku catatan itu. Hingga sampai lembaran terakhir terlihat 12 digit nomor. Tanpa basa basi kuhubingi nomor tersebut.
         




Wanita Teman Pria Misterius
          “Halo, saya Rio. Saya di beri amanah untuk menghubungi anda setelah memecahkan kode oleh seseorang”
          “Oh benar, Aku teman orang tersebut. Aku telah menunggu dihubungi oleh anda. Sekarang, Apa arti kodenya”
          “Tunggu,eh, maaf kalau anda temanya mengapa ia tidak memberi tahu langsung ke anda arti kode tersebut” kataku dengan tak sadar mengeluarkan kalimat itu.
          “Ah, Ia tak mungkin melakukan hal tersebut. Gerak geriknya selalu di pantau 24 jam . dan pastinya  ia tak mungkin diberikan alat komunikasi. Ah, Maaf kau pasti tidak mengerti apa yang baru saja aku bicarakan. Ini semua sangat rumit untuk kuceritakan dari awal.” Kata orang yang kukenali dari suaranya adalah seorang wanita .
          “Tak apa”.
          “Kau menelponku itu berarti kau telah memecahkan kodenya kan?”
          “Iya”
          “Apa isinya?”
          “Virus Kiamat tidak ada. Itulah hasil kode yang ku pecahkan.”
          Wanita ini terdiam mendengar penjelasanku. Hening sejenak tak ada dari kami yang bersuara.
          “Baiklah Terima kasih banyak atas kerja kerasmu. Kau telah menjadi seorang pahlawan”.
          Tut,tut,tut. Telepon diputus. Aku menghela nafas merasa telah kehilangan beban atas semuanya. Masih melayang di ingatanku kalimat terakhirnya Kau telah menjadi seorang pahlawan. “Apa maksuk dari kalimat itu?” tanyaku heran.
_ _ _
          Sebelum tidur aku menyalakan TV dan begitu kagetnya aku, antara senang dan terkejut. Setiap stasiun televisi menyiarkan berita yang sama. Tentang virus kiamat. Semuanya memberitahukan bahwa tenyata virus kiamat tak lebih dari ancama semu dari teroris dengan kata lain virus itu tak ada.
          Aku pun terlelap dalam tidurku. Mimpiku malam itu begitu indah, namun ketika terbangun aku melupakan semua isi mimpi tersebut.
          Seperti biasa, bangun tidur aku langsung berisap untuk berangkat kesekolah. Namun, kedua orang tua beserta kedua adikku tidak ada dirumah. Aku tak mempedulikan hal tersebut.
          Setelah siap, seperti hari-hari sebelumnya aku berjan untuk menunggu angkot di halte. Setibanya di halte aku langsung duduk. Baru ku sadari bahwa semua di sekelilingku sepi hanya dal suara angin dan juga suara menyeramkan burung gagak.
          Setengah jam ku menunggu dengan sabar tak ada satupun angkot yang lewat. Bahkan satu kendaraan pun tak ada. Di kejauhan aku melihat sesuatu yang sangat asing dimataku. Itu terlihat seperti tumpukan sampah yang menggunung. Begitu terkejutnya aku ketika aku mendekat dan melihat dengan jelas bahwa itu adalah tumpukan mayat. Yang membuatkan bertambah Shock ditumpukan teratas ada dua anak kecil yang menggandeng dua orang di kedua sisinya, yang tak salah lagi mereka adalah kedua orang tua dan adiku.
          Teriakan, raungan, dan tangisanku memecah keheningan pagi itu. Melengking diantara kota yang sepi . hanya tumpukan orang mati yang menyaksikannya.









Misteri Benang Merah VIRUS KIAMAT
                                               


Rozi Fatur Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar