Pria Misterius dan buku catatan
“Simpanlah
buku ini jangan sampai mereka mebeberkan kepada dunia tentang Virus yang tak---
” ia berhenti sejenak dan menoleh ke sekeliling “Ah, hubungi saja nomor telepon
yang ada di dalam setelah kau memecahkan kodenya. Tolong aku, anggaplah ini
sebagai permintaan terakhir” timpalnya
dengan sangat cepat masih dengan ekspresi yang sungguh sangat ketakutan.
Aku
hanya dapat mengangguk terpaku dan menerima buku yang ia sodorkan kearahku,
masih bingung dengan apa yang baru saja terjadi. setelah itu ia berlari lagi
dan hilang di balik tembok embun putih.
Tak
lama kemudian suara ledakan memecah keheningan. Suaranya seperti sebuah petasan
namun lebih keras lagi, mungkin juga suara peluru. Aku tak sempat menghiraukan
hal tersebut karena angkot sudah menuggu dihadapanku siap menganta.
Dunia,
gempar dengan isu adanya virus mematikan yang disebut degan virus kiamat. Semua
media baik koran, radio, maupun televisi memberitakan hal tersebut. Dan
parahnya lagi aku diberi tanggung jawab oleh orang yang tak kukenal untuk
memecahkan kode tentang virus tersebut.
Bolak-balik
kubaca isi buku ini. Namun tak kutemukan juga apa kode yang tersembunyi
didalamnya. Isinya hanya catatan biasa yang ku tebak pemiliknya adalah seorang
mahasiswa atau mungkin saja seorang ilmuan , karena hanya coretan-coretan yang
aku ketahui sebagai rumus-rumus dan penyelesaian kimia. Buku ini kudapat kemarin
dari seseorang yang aku juga tidak tahu siapa.
Kemarin,
embun sangat tebal . Bahkan jarak pandang tak sampai sepuluh meter. Untuk ke
sekolahan, aku harus berjaran tiga ratus meter keluar lorong agar dapat
mencapai halte tempat kami menunggu mobil angkutan kota. Sebelum tiba di halte, seorang pria menabraku
dan jatuh bersama. walau samar
kupastikan ia memakai baju putih, membuatnya makin sulit terlihat dalam embun
yang tebal.
“Maaf,
maafkan aku” tuturnya dengan wajah yang ketakutan serta bibir yang menggigil.
***
Kode Misteri dan Perampok
Sampai
hari ini aku masih belum mengerti apa yag ia maksud dengan memecahkan kode
tersebut. Ku perhatikan sampul dari buku itu. Di sudutnya sampul bagian depan
terdapat tulisan kecil. Membacanya tak cukup dengan mata telanjang karena
tulisannya yang begitu kecil sehingga kugunakan lup atau kaca pembesar ayah dan
memperhatikannya layaknya detektif. Tulisanya “ Halaman dengan kelopak bunga
mawar menyimpan rahasia yang samar ”.
Betul
saja, setelah aku buka lagi ada halaman yang di selipkan dengan kelopak mawar
kering. Tak ada yang spesial dengan halaman itu hanya coretan rumus-rumus
kimia. Sama halnya dengan halaman lainnya. Terkecuali, dipojok ada catatan
kecil yang diberi judul sudut misteri.
Aku
semakin bingung dengan hal ini. “Sudut misteri ??” gumamku. “V+8+R+21+S KIAMAT = 20+I+4+A+11 ADA” Begitulah
tulisan yang tertera di sudut misteri tersebut. Semua membuatku semakin pusing.
“Rio,
makan malam sudah siap!” teriak ibuku.
“Iya
mah”
Pintu
kamarku berderit cukup kencang saat ku buka. Terlihat seorang pria dengan
kacamata bersama dua anak kecil duduk menungguku di meja makan. Sedangkan
seorang wanita sedang menyiapkan piring dan sajian diatas meja. Mereka adalah
ayah, mama, dan kedua adikku. Aku pun duduk bersama mereka dan melakukan santap
malam.
“Rio,
Setelah makan tolong belikan gula di warung bu tini” perintah ibuku
“Ya”Jawabku
singkat.
Setelah
makan kulaksanakan perintahnya. Aku mengambil sepeda di samping rumah dan mulai
mengayuh kewarung bu tini. Tempatnya tidak begitu jauh. Hanya sekitar lima
menit aku sudah kembali menuju rumah dengan membawa dua kilogram gula di tangan
kiriku.
Jalanan
begitu sepi, hanya terlihat beberapa orang yang berjalan kaki dan beberapa
mengendarai sepeda sepertiku. Aku sempat merinding ketika melewati Jalanan yang
kiri dan kanannya hanya ada pepohonan dan gemerisik semak menambah kesan
horornya. Namun,perasaan takut seketika berubah menjadi sakit ketika sebongkah
batu besar mengkantam punggungku. Aku tersungkur bersama sepeda dan
belanjaanku. Teriakan minta tolong sempat ku lentingkan namun jalanan begitu
sepi, tak ada yang mendengar. Kecuali, seorang yang sekilas kulihat berada
semak-semak memegang batu besar. Ia berlari kearahku sambil mengayunkan batunya
tepat ke kepalaku. Satu ayunan hanya mengenai rambutku karena aku menunduk.
Semua usahanya terhenti karena teriakan dua orang pengendara sepeda yang baru
saja lewat. Orang itupun lari masuk kedalam semak tempat ia keluar tadi dan
hilang dalam sekejab.
“Kau
tak apa nak?” Seorang kakek yang belum terlalu tua membantuku duduk. Sedangkan
satunya adalah seorang remaja seumuran denganku.
“Ya,
aku tak apa.” Jawabku.
“Kau
harus berhati-hati kalau berjalan di tempat sepi seperti ini” kata kakek itu.
“Orang itu mungkin berniat merampokmu.”
“Dia
pasti perampok yang bodoh, tidakkah ia melihat penampilanku yang sama sekali
tidak terlihat seperti orang berduit?.”
“Hahaha,
kau benar juga. Tapi kau beruntung tidak terkena pukulan dari pria itu”
“Yah,
tapi punggungku terkena lemparannya.”
“Baiklah,
sebaiknya kau segera pulang. Orang tua mu pasti mengkhawatirkanmu jika kau
berlama-lama “ “Mau ku temani?”
“Ah
terimakasih, tapi aku rasa itu tidak perlu. Aku bisa sendiri”
Aku
pulang dengan membawa gula dan pengalaman tragis yang hampir merenggut nyawaku.
Serta rasa sakit di punggung ku, akibat lemparan batu tadi.
Ketika tiba aku sama sekali tak
membicarakan tentang kejadian tadi dan langsung menuju ke kamar merenungkan apa
sebenarnya yang terjadi. Aku berusaha melupakan kejadian malam itu. Namun,
kudapati diriku sadang memikirkan hal lain, yaitu kode dalam buku itu .
“Ah...,
Apa sebenarnya arti dari kode ini” gumamku memulai monolog “mungkin ini tulisan
alay, seperti menjadikan angka 3
menjadi huruf E atau angka 8 menjadi huruf B.”
Tiba-tiba
terlintas di kepalaku
“Yah,
itu dia”. “mengubah huruf menjadi angka, namun bukan huruf alay. Namun, mengubah huruf sesuai dengan urutannya dalam alfabet”
Aku
mengambil sebuah kertas menuliskan hasil hipotesis ku untuk memecahkan kode
tersebut. Dan hasilnya kudapati, tulisan yang berbunyi:
“V+I+R+U+S KIAMAT = T+I+D+A+K ADA”. “virus
kiamat tidak ada”
Aku
sempat mengulang kalimat itu beberapa kali dan setelah itu melompat gembira
karena telah memecahkan kodenya. Namun aku masih bingung apa arti dari kalimat
tersebut dan akan ku apakan kalimat ini.
Ting ..., dengan cepat pikiranku menuju
ingatan saat aku bertemu pria yang memberikan buku ini. Ia sempat berkata
“Hubungi saja nomor telepon yang ada di dalam setelah kau memecahkan kodenya.”
Aku
kembali membolak-balik buku catatan itu. Hingga sampai lembaran terakhir
terlihat 12 digit nomor. Tanpa basa basi kuhubingi nomor tersebut.
“
Wanita Teman Pria Misterius
“Halo,
saya Rio. Saya di beri amanah untuk menghubungi anda setelah memecahkan kode
oleh seseorang”
“Oh
benar, Aku teman orang tersebut. Aku telah menunggu dihubungi oleh anda.
Sekarang, Apa arti kodenya”
“Tunggu,eh,
maaf kalau anda temanya mengapa ia tidak memberi tahu langsung ke anda arti
kode tersebut” kataku dengan tak sadar mengeluarkan kalimat itu.
“Ah,
Ia tak mungkin melakukan hal tersebut. Gerak geriknya selalu di pantau 24 jam .
dan pastinya ia tak mungkin diberikan
alat komunikasi. Ah, Maaf kau pasti tidak mengerti apa yang baru saja aku
bicarakan. Ini semua sangat rumit untuk kuceritakan dari awal.” Kata orang yang
kukenali dari suaranya adalah seorang wanita .
“Tak
apa”.
“Kau
menelponku itu berarti kau telah memecahkan kodenya kan?”
“Iya”
“Apa
isinya?”
“Virus
Kiamat tidak ada. Itulah hasil kode yang ku pecahkan.”
Wanita
ini terdiam mendengar penjelasanku. Hening sejenak tak ada dari kami yang
bersuara.
“Baiklah
Terima kasih banyak atas kerja kerasmu. Kau telah menjadi seorang pahlawan”.
Tut,tut,tut. Telepon diputus. Aku
menghela nafas merasa telah kehilangan beban atas semuanya. Masih melayang di
ingatanku kalimat terakhirnya Kau telah
menjadi seorang pahlawan. “Apa maksuk dari kalimat itu?” tanyaku heran.
_ _ _
Sebelum
tidur aku menyalakan TV dan begitu kagetnya aku, antara senang dan terkejut. Setiap
stasiun televisi menyiarkan berita yang sama. Tentang virus kiamat. Semuanya
memberitahukan bahwa tenyata virus kiamat tak lebih dari ancama semu dari
teroris dengan kata lain virus itu tak ada.
Aku
pun terlelap dalam tidurku. Mimpiku malam itu begitu indah, namun ketika
terbangun aku melupakan semua isi mimpi tersebut.
Seperti
biasa, bangun tidur aku langsung berisap untuk berangkat kesekolah. Namun,
kedua orang tua beserta kedua adikku tidak ada dirumah. Aku tak mempedulikan
hal tersebut.
Setelah
siap, seperti hari-hari sebelumnya aku berjan untuk menunggu angkot di halte.
Setibanya di halte aku langsung duduk. Baru ku sadari bahwa semua di
sekelilingku sepi hanya dal suara angin dan juga suara menyeramkan burung
gagak.
Setengah
jam ku menunggu dengan sabar tak ada satupun angkot yang lewat. Bahkan satu
kendaraan pun tak ada. Di kejauhan aku melihat sesuatu yang sangat asing
dimataku. Itu terlihat seperti tumpukan sampah yang menggunung. Begitu
terkejutnya aku ketika aku mendekat dan melihat dengan jelas bahwa itu adalah
tumpukan mayat. Yang membuatkan bertambah Shock
ditumpukan teratas ada dua anak kecil yang menggandeng dua orang di kedua
sisinya, yang tak salah lagi mereka adalah kedua orang tua dan adiku.
Teriakan,
raungan, dan tangisanku memecah keheningan pagi itu. Melengking diantara kota
yang sepi . hanya tumpukan orang mati yang menyaksikannya.
Misteri Benang Merah VIRUS KIAMAT
Rozi Fatur Utama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar