Pelajar Indonesia di tuntut agar aktiv belajar. Maka saya turut berpartisipasi khususnya sebagai penyedia layanan agar sama-sama kita dapat menjadi aktiv belajar!!

Cari Blog Ini

Rabu, 13 Mei 2015

Nazo : Calflove



 Part 2

Sudah seminggu semenjak kepindahanku ke sekolah ini, dan sampai saat ini pun aku belum mendapat satupun teman. Ku hibur diriku dengan berfikiran “bukannya ini wajar untuk anak baru”. Namun aku sama sekali tak bisa menipu diri sendiri rasa haus akan keberadaan teman menggerogoti, “Ahh” teriakku dalam hati, ingin ku teriak lebih keras “aku dehidrasi”.
Saat jam istirahat aku pergi ke kantin sekolah yang sedikit jauh dari kelasku. Sistem katin diseini adalah kompetisi. Maksudnya dalam satu lahan terdiri dari satu bangunan yang disebut kantin namun terdiri dari empat warung yang masing masing menjual makanan yang hampir sama. Tinggal kreatifitas para penjual untuk menarik siwa-siswa kelaparan untuk duduk diblok warungnya.
 Setelah makan nasi kuning di warung yang penjualnya di panggil Bude(dengan dialek jawa kental), aku kembai ke kelas. Setidaknya itulah rutinitasku sejak seminggu yang lalu. Kudapati beberapa siswa yang lain ada yang sedang menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah, dan beberapa yang lainnya sibuk menggosip dengan ketawa mereka yang menganga layaknya kuda nil yang menguap. Benar-benar pertunjukan menarik yang sangat tidak cocok di tampilkan oleh seorang perempuan.
Jam pelajaran ketiga dimulai, ibu Muriana sebagai guru sejarah menjelaskan kejadian-kejadian penting saat perang diponegoro yang membuat seluruh kelas mengantuk. Aku sendiri memutuskan untuk membaca novel terjemahan jepang, dan masuk keduniaku sendiri.
 Cowok pemalas di depanku bahkan telah tertidur lelap sebelum ibu Muriana atau yang kerap di panggil bu Ana itu masuk mengajar. Ia hanya keluar kelas saat jam istirahat dan kembali melanjutkan tidurnya saat jam istirahat selesai. Lagi-lagi tak ada satupun guru yang menegurnya.
Aku mempunyai beberapa sepekulasi terhadapnya. Mungkinkah ia murid yang kelakuannya tidak dapat diperbaiki sehingga semua guru menyerah terhadapnya, atau mungkin saja ia orang yang sangat pintar sehingga tidak perlu mendengar ceramah guru lagi seperti yang sering terjadi pada karakter dalam komik atau novel yang pernah kubaca. Yang pasti, tebakan pertamalah yang paling cocok untuk di kehidupan nyata ini.
Saat aku membolak-balikan novelku secarik potongan kertas jatuh dengan  catatan kecil yang ditulis rapi diatasnya. Kertas putih dengan garis merah jambu, sobekannya sangat rapih, hampir tak terlihat seperti sobekan kertas. Tulisannya sangat indah sampai-sampai aku menebak penulisnya adalah seorang cewek jika saja aku tak melihat nama pengirimnya di sudut bawah sebagai kata penutup.

  Isinya:
Mohon, temui aku di perpustakaan sepulang sekolah.
Dari: Delta, Orang yang punya hutang denganmu

Orang yang pernah berhutang denganku? Dengan cepat aku teringat dengan kata si cowok seyum. “Kau mungkin tidak mengingatnya tapi aku berutang budi denganmu sebelumnya” setidaknya begitulah yang dapat kuingat. Apa ini hanya lelucon? Paling, ia hanya ingin mengejekku atas tindakan anehku kemarin.
Sepulang sekolah aku memutuskan untuk tidak menuruti surat itu, kalau ia ingin berkenalan kan dia dapat melakukannya dikelas. Karena alasan itulah aku pikir ini hanya lelucon. Setelah bel berbunyi kugendong ranselku dan memutuskan untuk langsung pulang. Namun, ketika aku berdiri walikelas yang tidak lain adalah pak Lafyan menyuruhku untuk ikut keruangannya. Tentu saja aku menurutinya tanpa perlawanan
Pak Lafyan ternyata hanya menyuruku untuk mengisi biodata dan angket siswa. Di situ aku diharuskan untuk mengisi Kolom hobi. Tanpa berpikir panjang aku menulis nya dengan “membaca Light Novel terjemahan terutama cerita misteri(Detektif)”dan memberikan kembali kepada pak Lafyan.
“Hobimu bagus juga” pak Lafyan buka mulut dan matanya yang terlihat mengamati kertas yang beberapa menit yang lalu berada di tanganku. “Kupikir kau cocok denganku”. Mukaku mulai memerah saat ia menggunakan kaka ‘cocok’ dalam kalimatnya, oh aku pasti aku menyalah artikannya.Bagaimana aku tidak tersipu , walikelasku ini adalah seorang pria bujangan yang parasnya terbilang tampan ditambah dengan kacamata trendinya, menambah kesan muda.hanya seragam dinasnyalah yang membedakan umur kami.kalau saja ia ngedet ma aku di mall tak akan ada yang tahu bahwa ia adalah guruku. Kami akan diangggap sebagai pasangan muda biasa.
Sesaat hening dalam ruangan yang yag hanya terdapat dua orang yang terdiri dari seorang guru dan murid . tiba-tiba tawa pak Lafyan memecah suasana. “Tolong jangan dianggap serius kata-kataku sebelumnya” masih dengan ekspresi tawanya namun sekarang lebih ditahan. Aku ikut tertawa lirih,lebih kepada menertawai diriku sendiri.
 Tawa kami pun mereda “apa masih ada keperluan lagi nih pak?” tanyaku.
“tidak ada semua sudah selesai”
“Kalau begitu saya pulang dulu” ia hanya mengangguk seakan mengatakan ‘silahkan!’. Namun saat aku berbalik menghadap pintu keluar, “Oh, iya... menurutku kau cukup manis”aku berpura-pura tidak mendengar kata terakhirnya itu dan langsung keluar ruangan.
Manis? Oh sekali lagi aku tersipu, apa yang baru saja ia katakan aku ini manis. Oh tunggu dulu, aku tak mau jatuh ke lubang yang sama. Kalau saja ia melihat wajahku yang sekarang, tentu tawanya akan pecah lagi, mungkin lebih keras dari sebelumnya. Lagipula ia bilang ‘cukup’, itu artinya mendapat nilai ‘C’ dan bahkan itu belum mencapai satandar kelulusan (setidaknya untuk Kurkulum 2013).
Aku berjalan di atas koridor. Untuk menuju ke pintu gerbang depan sekolah, aku harus melewati depan perpustakaan. Aku sama sekali tak punya niat untuk singgah atau sekadar mengintip untuk memastikan kebenaran surat itu. Tapi, apa yang ku liahat di depan perpustakaan sangat mengejutkan. Sepasang bibir yang menyunggingka senyum berdiri di depan pintu perpustakaan sekolah. ‘Apa ia menunggu ku?’ Tapi setelah melihat dia, aku mengabaikannya seolah sama sekali tak melihat apa-apa. Dan langsung pulang kerumah.
OOO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar